Kepercayaan itu harus berdasarkan dalil-dalil yang dapat diterima oleh
fikiran manusia, selaras dengan tingkat-tingkat fikiranya itu. Ini tidak
berarti, bahwa setiap orang harus tahu akan semua alasan hujjah dalam
sekalian tingkatannya dari kepercayaan itu, tidak. Karena banyak sekali
alasan-alasan yang hanya dapat diterima oleh orang yang telah tinggi
tingkatanya fikiranya. Sebaliknya banyak pula alasan-alasan yang
sederhana saja bagi suatu kebenaran , telah mencukupi untuk akal orang
yang mau percaya, dan dapat menimbulkan alasan-alasan yang dapat
memberantas segala keraguan atau keinginan keyakinan (Iman), bukan
tahunya atau hafalan segala dalil atau alasan.
Kalau akal seseorang tidak dapat mencapai kebenaran, maka bukan kebenaran itu tidak ada, tetapi karena kekuatan otak itu sendiri yang terbatas atau salah jalan.
Sedang manusia tetap harus berpegang pada kebenaran itu juga.
Segala kebenaran serta dalil-dalil itu, terkumpul menjadi satu pengetahuan yang dinamakan 'Ilmu Usuluddin'
Kalau akal seseorang tidak dapat mencapai kebenaran, maka bukan kebenaran itu tidak ada, tetapi karena kekuatan otak itu sendiri yang terbatas atau salah jalan.
Sedang manusia tetap harus berpegang pada kebenaran itu juga.
Segala kebenaran serta dalil-dalil itu, terkumpul menjadi satu pengetahuan yang dinamakan 'Ilmu Usuluddin'
0 Comments