Syirik dalam Hal Tawakal

Syirik dalam Hal Tawakal
Kajian Tentang Syirik didalam Hal Tawakal – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Syirik didalam perihal tawakal, maknanya seseorang bertawakal kepada selain Allah selain bertawakal kepada Allah. Tawakal secara bahasa maknanya adalah bersandar dan menyerahkan urusan. Dan ini juga salah satu amalan hati.


Kalau orang Arab memperlihatkan bahwa seseorang bertawakal tentang suatu urusan, maknanya jikalau dia laksanakan urusan berikut dengan bersandar kepada skill kekuatan yang dimiliki. Kalau orang Arab memperlihatkan bahwa, “Aku bertawakal tentang urusanku kepada Si Fulan.” Maknanya, dia menyandarkan, mempercayakan, menyerahkan urusan berikut kepada Si Fulan, kepada orang lain. Jadi di didalam tawakal mempunyai kandungan dua makna, pertama bersandar, ke-2 menyerahkan urusan.

Bersandar dan menyerahkan urusan kepada Allah, ini yang disebut dengan tawakal kepada Allah, juga seagung-agung tipe ibadah yang kudu dimurnikan cuma untuk Allah, dimaksudkan cuma kepada Allah. Dan ini juga salah satu bukti nyata ada iman. Kalau ada iman, salah satu buktinya dia cuma bertawakal kepada Allah saja. Allah berfirman didalam Al-Maidah ayat 23:

وَعَلَى اللَّـهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٢٣﴾

“Dan cuma kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jikalau kamu terlampau orang yang beriman” (QS. Al-Maidah[5]: 23)

Di didalam ayat ini ada 2 poin mutlak tentang tawakal:

Pertama, tawakal cuma boleh dimaksudkan kepada Allah.

Allah berfirman:

وَعَلَى اللَّـهِ فَتَوَكَّلُوا

“dan cuma kepada Allah, hendaklah kalian bertawakal”

Makna “hanya” ini disita berasal dari struktur kalimat, mendahulukan objek berasal dari terhadap subjek dan predikat. Kalau objek didahulukan, maka mempunyai kandungan pengkhususan dan pengagungan. Biasanya, predikat subjek baru objek, itu struktur yang baku didalam bahasa Arab.

Jadi didalam ayat ini mempunyai kandungan pengkhususnya didalam perihal tawakal cuma kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Kedua, jikalau kalian orang yang beriman.

Ini memperlihatkan salah satu bukti berasal dari keimanan adalah tawakal cuma kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah pengkhususan tawakal cuma kepada Allah dan tidak boleh tawakal kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla.
Apakah bertawakal kepada selain Allah merupakan perbuatan syirik? Apakah itu syirik besar ataukah syirik kecil?

Tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terbagi 3. Ada tiga tipe tawakal kepada selain Allah. Ada syirik besar, ada syirik kecil, ada yang mubah atau boleh. Manakah yang syirik besar, mana yang syirik kecil dan mana yang boleh apalagi terlampau dianjurkan?
Tawakal yang mempunyai kandungan syirik besar

Syirik besar itu adalah tawakal kepada selain Allah didalam perkara-perkara yang tidak ada yang dapat didalam perkara itu selain Allah. Hanya merupakan kekuasaan Allah, namun selain Allah tidak bisa. Seperti bertawakal kepada orang-orang yang sudah mati, makhluk-makhluk ghaib baik malaikat atau apalagi setan didalam perihal meminta pertolongan, meminta perlindungan, meminta rezeki, meminta syafaat dan yang sejenisnya. Itu cuma Allah yang dapat memberikan. Selain Allah tidak ada yang mampu.

Seperti keselamatan diri berasal dari hal-hal yang tak terduga, berasal dari musibah besar, berasal dari bencana alam, itu cuma Allah yang mampu, tawakal cuma kepada Allah, Allah maha pengatur semua kehidupan, Allah yang mengambil keputusan semua kejadian, tidak ada yang demikianlah selain Allah. Juga didalam perihal memberi rezeki, cuma Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menentukan.

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ ۚ

“Siapa lagikah yang dapat mengimbuhkan rezeki seandainya Allah menahan rezeki itu berasal dari kalian?” (QS. Al-Mulk[67]: 21)

Kalau kita tawakal didalam hal-hal itu kepada selain Allah, itu syirik besar. Ini poin yang pertama dan itu yang disebut dengan syirik didalam perihal tawakal. Yaitu bertawakal kepada selain Allah didalam perkara-perkara yang cuma Allah saja yang dapat mengimbuhkan perkara yang dia bertawakal didalam perihal itu.
Tawakal yang mempunyai kandungan syirik kecil

Pelakunya selalu Muslim, tidak dianggap murtad, tidak terlihat berasal dari Islam, tapi dia terjerumus ke didalam dosa. Karena syirik kecil adalah dosa besar. Jangan tertipu dengan arti “kecil”. Syirik kecil, kufur kecil, nifaq kecil, tapi dosanya besar.

Syirik kecil itu adalah bertawakal didalam istilah-ikhtiar yang dzahir, sebab-sebab yang dzahir, yang rasional, yang logis, yang realistis. Seperti bertawakal kepada penguasa, kepada polisi, kepada orang tua yang tetap hidup dan didalam perkara-perkara yang mereka dapat dan Allah mengimbuhkan kekuatan itu kepada mereka didalam perihal menolak mudzarat berasal dari dirinya atau yang sejenis itu.

Bertawakal kepada bodyguard, kepada pengawal pribadi, bertawakal kepada mereka tanpa bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, murni kepada mereka, tidak kudu berdo’a kepada Allah, tidak kudu bertawakal meminta pertolongan kepada Allah gara-gara sudah dikelilingi oleh orang-orang bersenjata yang melindungi. Tawakalnya kepada makhluk, biarpun makhluk itu berkemampuan untuk mengimbuhkan pertolongan yang kita butuhkan, maka itu syirik kecil.


Berkata Syaikh Al-Fauzan bahwa tawakal didalam sebab-sebab yang dzahir ini seperti orang yang bertawakal kepada penguasa, kepada Amir, atau orang yang tetap hidup yang oleh Allah diberikan kekuatan untuk mengimbuhkan pertolongan untuk menolak perihal yang mudzarat dan yang sejenisnya, itu syirik kecil.
Tawakal yang dibolehkan

Tawakal ini apalagi kadang kala diharuskan dan diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tawakal apakah itu?

Tawakal berupa seseorang mewakilkan kepada orang lain, menyerahkan urusannya kepada orang lain untuk laksanakan urusan yang diserahkan itu dan dia memiliki kemampuan. Seperti jual beli. Misalnya seseorang berkata, “Tolong jualkan barang saya, harganya sekian.” Orang yang diberi wewenang itu dapat laksanakan itu. Maka tentu saja itu dibolehkan. Namun tidak boleh bertawakal kepada orang tersebut. Bertawakalnya selalu kepada Allah yang memudahkan dan merepotkan urusan yang diserahkan kepada orang tersebut.

Seperti ketika menjualkan barang, orang itu memiliki kemampuan. Namun tawakalnya bukan kepada orang itu, tapi kepada Allah. “Ya Allah, mudahkan urusan dia.”

Post a Comment

0 Comments