SUNAN GUNUNG JATI

 SUNAN GUNUNG JATI
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) lahir sekitar 1450 M, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Ayahandanya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Muhammad Akbar sebagai ulama besar di Hadramaut Yaman, keturunan ke 17 Rasulullah SAW melalui cucunya Imam Husain.
 
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang, merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana. Banyak cerita mengenai karomah Sunan Gunung Jati  sebagaimana diceritakan dalam Babad Tanah Sunda dan Babad Cirebon.
Sebenarnya sebelum sunan gunung jati berdakwah di jawa barat itu, sudah ada seorang ulama dari Baghdad, irak yang datang ke daerah Cirebon bersama dua puluh orang muridnya. Ulama besar itu bernama Syekh Dzatulkahfi makam beliau berada di Gunung Sembung tidak jauh dari makam Sunan Guung Jati, Ia adalah ulama yang lebih dulu menyiarkan agama islam di sekitar cirebon.
pada tahun 1470 Masehi. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.
Memasuki usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I.
Sunan Gunung Jati pada Tahun 1526 M, menyebarkan Islam sampai Banten dan menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon. Dan pada Tahun 1526 M juga tentara Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang bernama Fatahillah merebut Sunda Kelapa dan Portugis, dan diberi nama baru yaitu Jayakarta.
Pada tahun 1533 Masehi, Banten menjadi Kasultanan Banten yang dipimpin oleh putra pertama Sunan Gunung Jati yaitu Sultan Maulana Hasanuddin.
Bagi para sejarawan, ia adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu dengan bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur hingga mencapai puncaknya 1650 hingga masa runtuhnya Kesultanan Banten pada tahun 1680 M.
-» Silsilah
Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon Dari Garis Ayah
1.    Nabi Muhammad SAW
2.    Fatimah Az-Zahra binti Rosulullah SAW.
3.    Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
4.    Al-Imam Sayyidina Hussain
5.    Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin
6.    Sayyidina Muhammad Al Baqir.
7.    Sayyidina Ja’far As-Sodiq.
8.    Sayyid Al-Imam Ali Uradhi.
9.    Sayyid Muhammad An-Naqib.
10. Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi.
11. Ahmad al-Muhajir.
12. Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah.
13. Sayyid Alawi Awwal.
14. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah.
15. Sayyid Alawi Ats-Tsani.
16. Sayyid Ali Kholi’ Qosim.
17. Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
18. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut).
19. Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India).
20. Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan.
21. Sayyid Ahmad Shah Jalal Ahmad Jalaludin Al-Khan.
22. Sayyid Syaikh Jumadil Qubro Jamaluddin Akbar.
23. Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam.
24. Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah.
25. Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah.
Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon Dari Garis Ibu
1. Prabhu Ciung Wanara.
2. Prabhu Dewi Purbasari.
3. Prabhu Lingga Hiang.
4. Prabhu Lingga Wesi.
5. Prabhu Wastu Kancana.
6. Prabhu Susuk Tunggal.
7. Prabhu Banyak Larang.
8. Prabhu Banyak Wangi.
9. Prabhu Mundingkawati.
10. Prabhu Anggalarang.
11. Prabhu Siliwangi.
12. Ratu Mas Rarasantang/Syarifah Muda’im.
13. Sunan Gunung Jati/Syekh Syarif Hidayatullah
Silsilah Keturunan Sunan Gunung Jati
1.    Ratu Ayu Pembayun.
2.    Pangeran Pasarean / Muhammad Tajul Arifin.
3.    Pangeran Jaya Lelana.
4.    Maulana Hasanuddin Banten.
5.    Pangeran Bratakelana / Pangeran Gung Anom.
6.    Ratu Winaon.
7.    Pangeran Trusmi
-» Wafat
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568, dalam usia 120 tahun. Bersama ibunya, dan pangeran Carkrabuana beliau dimakamkan di Cirebon Jawa Barat,. dua tahun kemudian wafat pula Kyai Bagus Pasai, Fatahillah dimakamkan ditempat yang sama, makam kedua tokoh itu berdampingan, tanpa diperantarai apapun juga.
Menurut Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri, seorang ulama' dari Tarim Hadramaut Yaman. Para Walisongo yang menyebarkan dakwah Islam di indonesia mereka adalah para 'alawiyin yang datang dari Hadramaut. Mereka merupakan para dzurriyyat Rasulullah (keturunan Rasulullah) yang silsilah nya bersambung kepada Al-Imam Ahmad Al-Muhajir. Silsilah Walisongo sampai kepada Al-Imam As-Sayyid Alwi 'Ammi al-Faqih al-Muqoddam (paman dari Muhammad al-Faqih al-Muqoddam).
        Sayyid 'Alwi ini memiliki 3 putra. dan dari 3 putra inilah yang meregenerasikan para ulama yang bertebaran ke berbagai penjuru dunia.Di antara putra nya itu adalah Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang kemudian hijrah ke India dan menjadi Raja di sana. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan memiliki putera yang bernama Sayyid Abdullah,dari Sayyid Abdullah inilah terlahir Sayyid Ahmad Jalaludin. Sayyid Ahmad Jalaluddin memiliki putera yang bernama Sayyid Husain Jamaluddin, yang selanjutnya memiliki keturunan penyebar dakwah Islam di Asia Tenggara terkenal dengan sebutan Walisongo. Majelis Dakwahnya disebut Majelis Dakwah Walisongo.
Penggagas Walisongo adalah Sultan Muhammad Fatih I [Kekhalifahan Turki Utsmani] tahun 1404 M/808 H yang awalnya menugaskan para Ulama mumpuni yang nasabnya sebagian besar dari asal Hadhramaut Yaman (Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini), namun masing-masing telah berdakwah ke berbagai penjuru dunia sehingga disebut berasal dari beragam daerah di berbagai penjuru kawasan Islam.
        Beliau lantas menugaskan para Dai' tersebut untuk berdakwah di Asia Tenggara dalam suatu Majelis Dakwah Walisongo. Jajaran Walisongo yang paling dikenal masyarakat, sesuai kawasan lokasi dakwah di pulau Jawa :
Jawa Timur :
1. Maulana Malik Ibrahim                                
Jawa Tengah :
Jawa Barat :
     Namun, nama-nama di atas secara sejarah tidaklah hidup bersama-sama. Dalam sejarah, Majelis Dakwah Wali Songo secara berkala keanggotaannya mengalami pergantian.

Post a Comment

0 Comments