Membela para sahabat
Nabi –radhiyallahu ’anhum-
Rasulullah shallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَسُبُّوا أَحَدًا
مِنْ أَصْحَابِي فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَوْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا
أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
”Janganlah mencaci
maki salah seorang sahabatku. Sungguh, seandainya salah seorang di antara
kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka itu tidak menyamai satu mud
(yang diinfakkan) salah seorang mereka dan tidak pula separuhnya.”
Di antara hak-hak para
sahabat adalah mencintai dan meridhoi mereka. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ
بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ
آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr: 10)
Sungguh aneh jika ada
yang mencela sahabat sebagaimana yang dilakukan oleh Rafidhah (Syi’ah). Mereka
sama saja mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Malik dan
selainnya rahimahumullah mengatakan, “Sesungguhnya Rafidhah hanyalah
ingin mencela Rasul. Jika seseorang mengatakan bahwa orang itu jelek, maka
berarti sahabat-sahabatnya juga jelek. Jika seseorang mengatakan bahwa orang
itu sholih, maka sahabatnya juga demikian.” Ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan, “Adapun Rafidhah, maka merekalah orang-orang yang sering mencela
sahabat Nabi dan perkataan mereka. Hakikatnya, apa yang ada di batin mereka
adalah mencela risalah Muhammad.”
Membela para isteri
Nabi, para Ummahatul Mu’minin –radhiyallahu ’anhunna-
Imam Malik rahimahullah
mengatakan, “Siapa saja yang mencela Abu Bakr, maka ia pantas dihukum cambuk.
Siapa saja yang mencela Aisyah, maka ia pantas untuk dibunuh.” Ada yang
menanyakan pada Imam Malik, ”Mengapa bisa demikian?” Beliau menjawab,
”Barangsiapa mencela mereka, maka ia telah mencela Al Qur’an karena Allah Ta’ala
berfirman (agar tidak lagi menyebarkan berita bohong mengenai Aisyah, pen),
يَعِظُكُمَ اللَّهُ أَنْ
تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Allah memperingatkan
kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika
kamu orang-orang yang beriman.” (QS. An Nur: 17)”
Membela ajaran (sunnah) Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam
Termasuk membela ajaran
beliau shallallahu ’alaihi wa sallam ialah memelihara dan
menyebarkannya, menjaganya dari ulah kaum batil, penyimpangan kaum yang
berlebih-lebihan dan ta’wil (penyimpangan) kaum yang bodoh, begitu pula
dengan membantah syubhat kaum zindiq dan pengecam sunnahnya, serta
menjelaskan kedustaan-kedustaan mereka. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam telah mendo’akan keceriaan wajah bagi siapa yang membela panji
sunnah ini dengan sabdanya,
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا
سَمِعَهُ فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ
“Semoga Allah memberikan
kenikmatan pada seseorang yang mendengar sabda kami lalu ia menyampaikannya
sebagaimana ia mendengarnya. Betapa banyak orang yang diberi berita lebih paham
daripada orang yang mendengar.”
Menyebarkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam
Di antara kesempurnaan
cinta dan pengagungan kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ialah
berkeinginan kuat untuk menyebarkan ajaran (sunnah)nya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ
آيَةً
“Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat.” Yang disampaikan pada
umat adalah yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan
sesuatu yang tidak ada tuntunannya.
0 Comments