Larangan yang dilakukan Muslimah saat Haidh menurut Islam
Persoalan mengenai haidh adalah masalah tersendiri yang harus dikaji dalam islam. Istri-istri nabi Muhammad pun tentunya pernah mengalami haidh. Untuk itu dalam beberapa hadist, nantinya kita bisa melihat apa-apa yang tidak dilakukan oleh istri-istri Muhammad, sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Rasulullah. Berikut adalah hal-hal larangan haid dalam islam oleh ajaran islam, sebagaimana fungsi agama menunjukkan kebenaran dan menghindari dampak yang buruk.- Shalat
Berdasarkan hadist tersebut, para ulama bersepakat bahwa pada saat wanita mendapatkan haidh, maka wanita tidak boleh shalat dan tidak boleh berpuasa. Disadari bahwa saat haidh yang mengeluarkan darah kotor secara terus menerus, sama seperti mengeluarkan najis secara terus menerus. Untuk itu tidak diperkenankan shalat.
“Apakah kami perlu mengqodho’ shalat kami ketika suci?” ‘Aisyah menjawab, “Apakah engkau seorang Haruri? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk mengqodho’nya. Atau ‘Aisyah berkata, “Kami pun tidak mengqodho’nya.” (HR. Bukhari)
Dari penjelasan hadist tersebut bisa kita mengetahui bahwa ketika wanita mengalami haidh, maka ia tidak boleh shalat sampai masa haidhnya berhenti, dan shalat yang ditinggalkan semasa haidh tidak perlu diganti atau diqodo oleh wanita muslimah. Wanita muslimah masih bisa mengingat Allah dan melaksanakan ibadah dengan melakukan dzikir pada Allah, karena ada banyak keutamaan berdzikir pada Allah.
- Puasa
Dari hadist diatas bisa kita ketahui bahwa saat haidh maka wanita muslimah yang berhalangan untuk puasa, maka wajib untuk mengqodo atau menggantinya di lain waktu selain dari waktu puasa wajib ramadhan. Dalam rukun puasa ramadhan, haidh dan nifas adalah salah satu yang bisa membatalkan puasa, dan merubah kewajiban puasa menjadi suatu yang haram dilaksanakan oleh wanita yang mengalaminya. Jika shalat tidak wajib untuk diganti, berbeda dengan puasa maka wajib untuk diqodo di lain waktu. Untuk itu perlu wanita muslimah adanya niat puasa ganti ramadhan setelah berlalunya ramadhan.
Bukan hanya diharamkan untuk berpuasa ramadhan, puasa-puasa sunnah pun dilarang tentunya ketika wanita dalam masa haidh dan nifas. Ada macam-macam puasa sunnah, seluruhnya diharamkan untuk dilaksanakan bagi yang sedang mengalami haidh.Meskipun diharamkannya puasa saat ramadhan, wanita muslimah tetap bisa menggantinya dengan doa puasa ramadhan yang diucapkan dalam hati. Sehingga ibadah tetap bisa dilakukan.
- Berhubungan Sexual
“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid atau menyetubuhi wanita di duburnya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Lakukanlah segala sesuatu (terhadap wanita haid) selain jima’ “(HR. Muslim)
Dalam hadits disebutkann bahwa bercumbu dengan wanita haidh tidak masalah selagi tidak terjadi proses di kemaluan.
Selain karena alasan agama, dalam ilmu kesehatan pun hal ini menjadi suatu yang dilarang. Sel telur yang meluruh dalam dinding rahim harus keluar terlebih dahulu dan tidak boleh dibuahi. Jika terjadi pembuahan, padahal sel telur tersebut sudah mengalami peluruhan maka akan terjadi penyakit pada wanita tersebut. Sel telur yang sudah meluruh sudah berbeda kondisinya dengan yang belum meluruh.
Berikut Pendapat para Ulama mengenai larangan berhubungan sexual/suami istri saat wanita mengalami haidh :
- Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Kaum muslimin sepakat akan haramnya menyetubuhi wanita haid berdasarkan ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.”
- Ibnu Taimiyah, rahimahullah berkata, “Menyetubuhi wanita nifas adalah sebagaimana wanita haid yaitu haram berdasarkan kesepakatan para ulama.”
- Al Muhamili dalam Al Majmu’ menyebutkan bahwa Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid, maka ia telah terjerumus dalam dosa besar.”
- Tawaf
Tawaf dalam berhaji juga adalah hal yang dilarang untuk dilaksanakan ketika wanita mengalami haidh. Untuk itu, aktivitas tawaf dilewatkan bagi wanita yang mengalami haidh.
- Masuk ke masjid
Masuk ke masjid dalam hal ini beberapa ulama mengalami perbedaan pendapat. Beberapa menyatakan tidak boleh atas dasar hadist tersebut, namun beberapa pula mengatakan bahwa tidak masalah selagi tidak melakukan shalat dan berpotensi mengeluarkan najis kotoran haidh yang bisa mengotori kesucian tempat ibadah.
Untuk kehati-hatian, maka wanita muslimah yang sedang mengalami haidh tidaklah boleh untuk masuk ke masjid. Beberapa pendapat ulama memperbolehkan selagi hanya di pelatarannya saja dan tidak sampai masuk pada area shalat yang berpotensi mengotori kesuciannya.
- Membaca Kitab Al-Quran
Terkait membaca Al-Quran selagi tidak dalam kondisi memegang para ulama menyatakan tidak masalah. Dalam konteks belajar atau studi, hal ini juga diperbolehkan. Persoalan ini terdapat perbedaan pendapat, wanita muslimah bisa mengambil pendapat dan periwayatan yang mampu dipertanggungjawabkan saja menurut keyakinan. Hal ini dikarenakan ada banyak manfaat membaca al-quran yang didapatkan, apalagi Al Quran adalah petunjuk dasar bagi kehidupan umat islam.
Hal-hal tersebut adalah aktivitas yang dilarang oleh Islam untuk dilakukan ketika wanita muslimah dalam kondisi haidh. Tidak perlu khawatir jika wanita sedang mengalami haidh, meskipun dalam kondisi tidak suci aktivitas ibadah dan amalan shalih masih banyak yang bisa dilakukan. Sehingga, tidak ada alasan walaupun sedang haidh tidak melakukan amal shalih. Misalnya saja membaca dan mengingat asmaul husna, karena ada banyak manfaat asmaul husna jika dipahami oleh muslim.
0 Comments