Pertama: Orang yang mengingkari kewajiban zakat.
Kita sudah pahami bahwa zakat adalah
bagian dari rukun Islam. Para ulama bersepakat (berijma’) bahwa siapa yang
menentang dan mengingkari kewajiban zakat, maka ia telah kafir dan murtad dari
Islam. Karena ini adalah perkara ma’lum minad diini bid doruroh, yaitu
sudah diketahui akan wajibnya. Imam Nawawi rahimahullah berkata,
“Barangsiapa mengingkari kewajiban zakat di zaman ini, ia kafir berdasarkan
kesepakatan para ulama.”[1] Ibnu Hajar berkata,
“Adapun hukum asal zakat adalah wajib. Siapa yang menentang hukum zakat ini, ia
kafir.”[2]
Kedua: Orang yang enggan menunaikan zakat dala rangka bakhil dan
pelit.
Orang yang enggan menunaikan zakat
dalam keadaan meyakini wajibnya, ia adalah orang fasik dan akan mendapatkan
siksa yang pedih di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ
وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ
وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا
كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
“Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At Taubah: 34-35).
Di dalam beberapa hadits disebutkan
ancaman bagi orang yang enggan menunaikan zakat.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ
فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ القِيَامَةِ
صُفِحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ، فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ،
فَيُكْوَى بِهَا جَبْهَتُهُ وَجَنْبُهُ وَظَهْرُهُ، كُلَّمَا بَرُدَتْ أُعِيْدَتْ
إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَان مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ، فَيَرَى
سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الجَنَّةِ، وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Siapa saja yang memiliki emas
atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat nanti
akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api
neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan punggungnya dengan lempengan
tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan disetrikakan kembali
kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian
ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.”[3]
Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Aku datang menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam yang sedang berlindung di bawah naungan Ka’bah. Beliau bersabda,
‘Merekalah orang-orang yang paling merugi, demi Rabb Pemilik Ka’bah’. Beliau
mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar berkata, “Aku pun menjadi sedih, aku
menarik nafas lalu berkata, ‘Ini merupakan peristiwa yang buruk pada diriku.
Aku bertanya, Siapakah mereka? Ayah dan ibuku menjadi tebusannya?’” Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,
الأَكْثَرُوْنَ أَمْوَالاً، إِلاَّ
مَنْ قَالَ فِي عِبَادِ اللهِ هَكَذَا وَهَكَذَا وَقَلِيْلٌ مَا هُمْ مَا مِنْ
رَجُلٍ يَمُوْتُ فَيَتْرُكُ غَنَمًا اَوْ إِبِلاً أَوْ بَقَرًا لاَ يُؤَدِّي
زَكَاتَهَا إِلاَّ جَاءَتْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْظَمُ مَا تَكُوْنُ وَأَسْمَنُ
حَتَّى تَطَأَهُ بِأَظْلاَفِهَا، وَتَنْطِحُهُ بِقُرُوْنِهَا، حَتَّى يَقْضِيَ
اللهُ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ تَعُوْدُ أُوْلاَهَا عَلىَ أُخْرَاهَا
“Orang-orang yang banyak
hartanya! Kecuali yang menyedekahkannya kepada hamba-hamba Allah begini dan
begini. Namun sangat sedikit mereka itu. Tidaklah seorang lelaki mati lalu ia
meninggalkan kambing atau unta atau sapi yang tidak ia keluarkan zakatnya
melainkan hewan-hewan itu akan datang kepadanya pada hari kiamat dalam bentuk
yang sangat besar dan sangat gemuk lalu menginjaknya dengan kukunya dan
menanduknya dengan tanduknya. Hingga Allah memutuskan perkara di antara
manusia. Kemudian hewan yang paling depan menginjaknya kembali, begitu pula
hewan yang paling belakang berlalu, begitulah seterusnya.”[4]
0 Comments