Tanyakan: Apakah maksud tempat perlindungan dan mandi (wajib)? Apakah undang-undang perbuatan yang dilakukan tanpa niat dan apakah tujuannya?
Jawapan: Niat yang dimaksudkan dalam wudhu dan mandi (wajib) adalah niat untuk menindas hadis atau untuk membenarkan pembersihan akta yang diperlukan, agar amalan yang dijalankan tanpa niat tidak diterima. Moto-Nya adalah firman Allah: "Dan bukan perintah mereka untuk melayani Allah dengan membersihkan ketaatan mereka kepadanya dalam menjalankan agama." (QS.Al-Bayyinah: 5)
Dan hadis Umar bin al-Khaththab, yang mana nabi tersebut berkata: "Sebenarnya, semua amalan ini tidak berdasarkan niat; dan sememangnya setiap manusia berbeza dari apa yang dia mahu lakukan. Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya, itu adalah untuk Allah dan RasulNya. Sesiapa yang berhijrah kerana kekayaan atau kehebatan dunia yang dimahukannya atau kerana seorang wanita di mana dia ingin hidup mesti pergi ke arah itu.
Tanya: Apa wudhu ini? Apakah cadangan yang mewakili wudhu? Dan apa yang diperlukan (dan berapa banyak) untuk wudhu?
Jawapan: Perasaan berwudhu adalah dengan menggunakan air tulen dan membersihkan secara khusus dengan empat tangan, muka, tangan, kepala dan kaki. Alasan yang mewajibkan wudhu adalah hadat, iaitu apa yang mewajibkan wudhu atau mandi (dibahagikan kepada dua jenis (grand hadades) yang memerlukan mandi dan (hadits kecil) adalah semua yang memerlukan pembunuhan beramai-ramai].
Bagi wudhu wajib, itu adalah firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu hendak berdoa, basuhlah muka kamu dan tangan kamu dengan siku kamu, dan gosokkan kepala kamu dan basuh kedua kaki kamu . " -Paid: 6)
Tanya: Apakah proposisi yang perlu untuk membaca asas-asas wabak dan jatuh dari kewajipan ini jika anda tidak tahu atau jika anda tidak tahu?
Jawapan: Hujah bahawa pembacaan wajib buku itu adalah hadith yang diriwayatkan oleh nabi Abu Hurairah, ia berkata, "Ini bukan solat bagi non-wuduk dan wudhu wudhu daripada mereka yang tidak menyebut nama Allah dalam nama mereka ".
Adapun kesalahan kewajiban untuk mengatakan sesuatu jika dia lupa atau tidak tahu, itu adalah hadits "Ampunilah orang-orang saya atas kesilapan dan kelalaian mereka". Tempatnya dikatakan dengan mengatakan bismillah.Tanya: Apakah syarat wudhu?
Jawapan: Keadaan wabak (hukum) adalah seperti berikut:
(1). Islam, (2). Munasabah, (3). Tamyiz (boleh membezakan yang betul dari yang salah), (4). Niat, (5). Undang-undang niat Istishab, (6). Tidak ada wudhu wajib, (7). Berita sebelum dan seterusnya (selepas cuti), (8). Air bersih (disucikan dan disucikan), (9). Penukaran air (bukan keputusan yang dicuri - contohnya-), (10). Menghapuskan apa-apa yang menghalang air daripada meresap ke liang-liang.
Tanya: Apakah keharmonian wajib wuduk? Dan apa?
Jawapan: Fardhu (keharmonian) wudhu adalah 6 (enam), yaitu:
Basuh wajah anda (termasuk air liur dan masukkan air di hidung anda dan keluarkannya).
Basuh kedua-dua tangan pada kedua-dua siku.
Lap (menyapu) seluruh kepala (termasuk mengelap kedua telinga).
Basuh kedua kaki sehingga kaki.
Perintah (dalam susunan).
Sila (tidak menyebut perkara lain).
Tanya: Di manakah batasan muka? Bagaimanakah undang-undang membasuh rambut / rambut di muka (di rantau) semasa musim gugur?
Jawapan: Batasan wajah (wajah) berkisar dari pertumbuhan rambut normal ke janggut yang turun dari dua cabang dan dagu (janggut) yang meluas (dari atas ke bawah), dan dari telinga kanan ke telinga kiri. Adalah dinasihatkan untuk membasuh semua ciri-ciri muka untuk mereka yang tidak mempunyai rambut janggut panjang (atau bagi mereka yang tidak tumbuh), dan juga untuk kulit di belakang janggut (tidak tebal). Seperti yang anda lihat, jika janggut mempunyai rambut tebal, ia perlu mencuci bahagian luar dan mengeluarkannya dari sebarang gangguan. Kerana setiap di luar janggut dan bahagian bawah janggut jarang tampil muka, perlu membersihkannya.
Tanyakan: Apa maksudnya (dengan cara)? Apakah cadangan yang mewajibkan beliau tentang Al-Quran dan Sunnah?
Jawapan: Apa yang dimaksudkan dengan urut (urut) sepadan dengan apa yang dikatakan ayat mulia. Ini pembersih wajah, kemudian kedua tangan (sehingga siku), kemudian lap kepala anda, kemudian basuh kaki anda.
Cadangan itu seperti yang dinyatakan dalam ayat di atas (ayat 6 surat al-Maidah). Dalam ayat ini dimasukkan perkataan itu di antara dua perkataan mencuci. Orang Arab tidak melakukannya kecuali untuk faedah tertentu yang bukan perintah (urut).
Kedua, Rasulullah berkata, "Mulailah dengan apa yang Allah mulakan dengan itu."
Ketiga, hadis yang diriwayatkan oleh 'Amr bin Abasah. Dia berkata, "Wahai Rasulullah, adakah anda telah berkata kepada saya tentang wudhu?" hidungnya dengan airnya, maka ia mencuci wajahnya seperti yang diperintahkan Allah, tetapi dosa mukanya jatuh ke ujung janggutnya dengan titisan air, lalu dia mencuci tangannya sampai siku, tetapi dia mati dalam dosa. tangannya dengan wudhu air di antara jarinya, maka (tidak) dia menyapu kepalanya, tetapi tenggelam kepalanya dengan air di antara ujung rambutnya, maka (tidak) dia mencuci dirinya berdua kaki, tetapi kakinya bersalah dengan air hujung jari kaki. "(HR Muslim)
Dan dalam riwayat Ahmad, ada tertulis, "Kemudian bersihkan kepalanya (seperti yang diperintahkan Allah) ... dan basuhlah dia ke kaki sebagaimana yang diperintahkan Allah."
Dan dalam kisah Abdullah bin Shanaji, ada sesuatu yang menunjukkannya. Wallahu A'lam.
Tanya: Apa maksud muhibah dan apa yang baik untuknya?
Jawapan: Matlamatnya adalah untuk tidak menghentikan pembasuhan anggota wudhu sebelum mereka mengeringkan anggota sebelumnya setelah beberapa lama.
Pada pendapatnya, hadis yang diucapkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Nabi, yang menurutnya seorang lelaki berdiri dengan banyak uang logam yang tidak terdedah kepada air suapan, dia memerintahkannya untuk mengulangi wudhu.
Imam Ahmad memberitahu Umar bin al-Khathab bahawa seorang lelaki sedang berwudhu, tetapi meninggalkan beberapa kuku pada kakinya (tanpa membasuhnya dengan air). Nabi melihatnya dan berkata, "Hormatilah, kemudian berdoa." Walaupun sejarah umat Islam tidak menyebut apa-apa, "Berhati-hatilah."
Tanya: Bagaimana tata cara wudhu yang sempurna? Dan apa yang dibasuh oleh orang yang buntung ketika berwudhu?
Jawab: Hendaknya berniat kemudian membaca basmalah dan membasuh tangannya sebanyak tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung (lalu mengeluarkannya) sebanyak tiga kali dengan tiga kali cidukan. Kemudian, membasuh mukanya sebanyak tiga kali, kemudian membasuh kedua tangannya beserta kedua sikunya sebanyak tiga kali, kemudian mengusap kepalanya sekali, dari mulai tempat tumbuh rambut bagian depan sampai akhir tumbuhnya rambut dekat tengkuknya, kemudian mengembalikan usapan itu (membalik) sampai kembali ketempat semula memulai, kemudian memasukkan masing-masing jari telunjuknya ke telinga dan menyapu bagian daun telinga dengan kedua jempolnya, kemudian membasuh kedua kakinya beserta mata kakinya tiga kali, dan bagi yang cacat membasuh bagian-bagian yang wajib (dari anggota tubuhnya) yang tersisa. Jika yang buntung adalah persendiannya maka memulainya dari bagian lengan yang terputus. Demikian pula jika yang buntung adalah dari persendian tumit kaki, maka membasuh ujung betisnya.
Tanya: Apa dalil dari tata cara wudhu yang sempurna? Sebutkan dalil-dalil tersebut secara lengkap?
Jawab: Adapun niat dan membaca basmalah, telah disebutkan dalilnya di atas. Dan dalam riwayat Abdullah bin Zaid tentang tatacara wudhu (terdapat lafal), “Kemudian Rasulullah memasukkan tangannya, kemudian berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan satu tangan sebanyak tiga kali.” (Mutafaq ‘alaih)
“Dan dari Humran bahwa Utsman pernah meminta dibawakan air wudhu, maka ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, …kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga kali, kemudian tangan kirinya seperti itu pula, kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu pula, kemudian berkata, ‘Aku melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhuku ini.’” (Mutafaq alaih)
Dan dari Abdullah bin Zaid bin Ashim dalam tatacara wudhu, ia berkata, “Dan Rasulullah mengusap kepalanya, menyapukannya ke belakang dan ke depan.” (Mutafaq alaih)
Dan lafal yang lain, “(Beliau) memulai dari bagian depan kepalanya sampai ke tengkuk, kemudian menariknya lagi ke bagian depan tempat semula memulai.”
Dan dalam riwayat Ibnu Amr tentang tata cara berwudhu, katanya, “Kemudian (Rasulullah) mengusap kepalanya, dan memasukkan dua jari telunjuknya ke masing-masing telinganya, dan mengusapkan kedua jari jempolnya ke permukaan daun telinganya.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Tanya: Apa saja yang termasuk sunnah-sunnah wudhu beserta dalilnya?
Jawab: Yang termasuk sunnah-sunnah wudhu adalah:
Menyempurnakan wudhu.
Menyela-nyela antara jari jemari.
Melebihkan dalam memasukkan air ke dalam hidung kecuali bagi yang berpuasa.
Mendahulukan anggota wudhu yang kanan.
Bersiwak.
Membasuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali.
Mengulangi setiap basuhan dua kali atau tiga kali.
Menyela-nyela jenggot yang lebat.
Dalil tentang siwak telah lalu penjelasannya. Adapun tentang membasuh dua telapak tangan sebelum berwudhu, yaitu apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i dari Aus bin Aus ats-Tsaqafi ia berkata, “Aku melihat Nabi berwudhu, maka beliau mencuci dua telapak tangannya sebanyak tiga kali.”
Adapun tentang menyempurnakan wudhu, menyela-nyela jari jemari dan melebihkan (dalam memasukkan air ke hidung) kecuali bagi yang berpuasa, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Laqith bin Shabrah, katanya, “Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang wudhu?'” Nabi berkata, “Sempurnakan wudhu-mu, dan sela-selalah antara jari-jemarimu, dan bersungguh sungguhlah dalam memasukkan air ke dalam hidung kecuali jika kamu dalam keadaan berpuasa.” (Diriwayatkan oleh lima imam, dishahihkan oleh Tirmidzi)
Dan dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi suka mengawali sesuatu dengan yang kanan, dalam memakai terompah, bersisir, bersuci dan dalam segala sesuatu.” (Mutafaq alaih)
Adapun menyela-nyala jenggot, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Utsman, “Bahwa Nabi ada menyela-nyala jenggotnya.” (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi dan ia menshahihkannya). Cara menyela-nyela jenggot ini dengan mengambil seraup air dan meletakkannya dari bawahnya dengan jari-jemarinya atau dari dua sisinya dan menggosokkan keduanya. Dan dalam riwayat Abu Dawud dari Anas, “Bahwa Nabi jika berwudhu mengambil seraup air, kemudian meletakkannya di bawah dagunya dan berkata, ‘Demikianlah yang diperintahkan oleh Tuhan kepadaku.'”
Tanya: Berapa takaran air yang dibutuhkan ketika berwudhu atau mandi (junub)?
Jawab: Takaran air dalam berwudhu adalah satu mud (Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut ukuran orang Hijaz dan 2 liter menurut ukuran orang Irak. (Lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Adapun untuk mandi sebanyak satu sha’ sampai lima mud. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas, katanya, “Adalah Rasulullah ketika berwudhu dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran sebanyak) satu sha’ sampai lima mud.” (HR. Muttafaq alaih). Dan makruh (dibenci) berlebih-lebihan, yaitu yang lebih dari tiga kali dalam berwudhu.
Tanya: Apakah bacaan yang diambil selepas penculikan?
Jawapan: Ayat yang dibacakan adalah pembacaan Omar, yang mengatakan: "Rasulullah bersabda," Bukanlah kamu yang mengucapkan dan melengkapi bentuknya, tetapi kamu berkata: asyhadu anlaa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalahu wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Ros memberi keterangan bahawa tidak ada seorang pun yang layak menyembah kecuali Allah dan yang bukan sekutunya. Dan saya bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusannya), tetapi membuka dia lapan pintu dari syurga, dia boleh masuk ke mana sahaja dia mahu. '"(HR Muslim)
Dan Tirmidzi menambahkan: "Kepentingan Alloohummaj'alni tawwabiina waj'alnii minl mutathohhiriin (Allah menjadikan aku di antara orang-orang yang bertaubat dan aku di antara orang-orang yang menyucikan aku)."
0 Comments