Kisah Pemuda dan Sapi Betina

(gambar ilustrasi)

Di dalam surat al-Baqoroh ada kisah penting mengenai kata menyambut berkenan dengan salah seorang pemuda yang jiwanya suci. Anak sholeh terhadap ibunya, disambut oleh sapi betina peninggalan bapaknya yang disimpan di sebuah hutan blantara dititipkan langsung kepada Allah, untuk bekal hidup anaknya. Hikayatnya sebagai berikut:

Pada jaman Nabi Musa a.s, ada seorang bapak yang sholeh memiliki seorang anak. Dia hanya punya seekor sapi. Untuk dijadikan bekal anaknya itu, maka anak sapi tersebut disimpan disuatu gunung katanya, "Ya Allah, aku titipkan hanya kepada-Mu anak sapi ini untuk anakku jika sudah dewasa." Tidak lama kemudian, bapaknua itu meninggal dunia dan sapi itu tetap di hutan. Anehnya, sapi itu apabila ada orang, dia lari menjauh dari golongan orang lain.

Begitu dewasa, anak tersebut menjadi seorang pemuda yang sholeh terhadap ibunya, selain dia juga seorang yang sangat taat terhadap ajaran agama. Malamnya dibagi tiga yaitu untuk sholat, istirahat, dan untuk duduk di pangkuan ibunya. Pagi-pagi berangkat ke hutan mencari kay bakar dan dijual ke pasar untuk bekal sehari-hari. hasilnya disodakohkan, untuk makan, dan juga untuk ibunya.

Pada suatu hari ibunya berkata, "Nak, bapakmu mewariskan seekor sapi di hutan itu. Memohonlah kepada Tuhan, agar Dia mengembalikan sapi itu kepadamu. Cirinya sapi itu apabila kamu lihat dari jauh, seperti matahari terbit, kuning kulitnya. Malah disebut sapi emas,saking kuningnya,"

Begitu datang ke hutan langsung terlihat sapi itu sedang makan rumput lalu teriak memanggil sapi tersebut sambil berdoa "Aku sengaja mengambilmu atas seizin Tuhan" Hanya dengan kata-kata tersebut sapi itu mendekat ke hadapan pemuda sholeh itu.

Anehnya lagi, sapi itu berbicara, katanya, "Hai pemuda yang baik kepada ibunya, kenapa tidak kamu menunggangiku?", pemuda itu menjawab "Ibuku tidak menyuruhnya.". Akhirnya sapi itu berbicara lagi, "Demi Allah, kalaupun kamu mau menunggangiku, sebenarnya aku tidak akan kuat membawamu".

Pemuda itu kembali kepada ibunya mebawa serta sapi tersebut. Sesampainya dirumah, ibunya menyuruh pemuda sholeh itu untuk menjualnya dan tidak boleh menjual sapi tersebut tanpa musyawarah dengan ibunya, kata ibunya, "Dan janganlah kamu jual sapi itu tanpa ada musyawarah denganku, sekarang harganya tiga dinar (uang emar)."

Berangkatlah pemuda sholeh itu kepasar. Allah SWT maha mengetahui kesolehan pemuda tersebut. Hanya untuk mengujinya, Allah mengutus malaikat menunggu di tengah perjalanan antara rumah dan pasar.

Malaikat itu bertanya, "Mau jual berapa sapimu ini?","Atas ridho ibuku sapi ini mau dijual tiga dinar",jawab pemuda itu. "Sekarang aku beli enam dinar, kamu tidak perlu musyawarah sama ibumu", lanjut malaikat. Pemuda itu menjawab,"Sekalipun anda beli sapiku dengan uang seberat sapiku ini, tidak akan aku berikan tanpa musyawarah dengan ibuku." Pulanglah dia kepada ibunya menceritakan kejadian tadi. Ibunya berkata. Ibunya berkata, "Sekarang kamu pergi dan juallah seharga enam dinar. Dan jangan kamu jual tanpa seizin ibu." Berangkatlah pemuda itu ke pasar. Di perjalanan malaikat itu telah menunggu lagi dan langsung bertannya,"Berapa kata ibumu harga sapi ini?","Kata beliau jangan kurang dari enam dinar", jawab pemuda itu. Malaikat yang diserupakan manusia oleh Allah SWT itu menawar du belas dinar. Balik lagi pemuda sholeh itu kepada ibunya dan menceritakan lagi,. Akhirnya ibunya berkata :

"Orang yang menunggu di perjalanan ke pasar itu adalah malaikat untuk mengujimu. Di mana dia ada lagi, kamu tanya dia, apakah sapi ini jual atau jangan?", Setelah pemuda itu bertemu malaikat dan bertanya, malaikat itu menjawab: "Sekarang kamu pergi kepada ibumu, katakan, jangan jual sapi ini, kecuali dengan uang emas seberat sapi ini. Karena Musa bin Imron as akan membeli sapi ini untuk mengungkap pembunuhan di Bani Isroil, tahan dulu sapi ini."(Tafsir Khozin, jilid awal, hal 56)

Kisah menarik ini, menceritakan bagaimana Allah SWT menyambut orang-orang yang sholeh, dalam surat al-Baqoroh, membuka jalan untuk siapa saja yang dengan usaha keras ingin kembali kepada kesucian seperti saat pertama kali lahir dari kandungan ibu, tidak ada jalan laindan tidak akan ada lagi jalan baru untuk membersihkan diri mensucikan jiwa kecuali orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam dzikirnya. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Miftahush shudur juz tsani hal 24:

"Barangsiapa berdzikir kepada Allah dengan hatinya, maka ia disebut ads-Dzikir/orang berdzikir. Dan barang siapa berdzkir tidak dengan hatinya, bukanlah orang yang berdzikir. Karena lisan itu hanya pembantu hati dan turut kepadanya."

Demikian sekilas tentang perjalanan manusia yang sholeh dalam surah al-Baqoroh yang disambut oleh Allah melalui malaikat yang dijelmakan manusia.

Post a Comment

0 Comments